![]() |
Gambar Milik Google |
MENGEJAR MIMPI
Ku coba membuka lembaran baru
Dimana tak ada tangan yang mengekangku
Tak ada rantai yang mengikatku
Tak ada norma yang melarangku
Aku bebas disini
Tanahku sendiri
Pulauku seutuhnya
Datanglah..
Ku undang kalian semua
Merayakan kebebasan kita
Dari dunia nyata yang gelap gulita
Berbisiklah..
Menjeritlah..
Menarilah..
Bercintalah..
Menangislah...
Berdukalah
Keluarkan semua sesak
Karena disini hanya kebebasan...
Dan salam untuk semua yang mencintai kebebasan.
MERDEKA
Keluar dari kegelapan kutemukan titik terang
Paru-paruku kembali mengembang
Terlepas dari belenggu zaman
Tubuhku meluncur mengikuti arus
Membabat perbedaan-perbedaan
Melucuti jeruji-jeruji marjinalisasi
Yang selama ini telah memenjarakanku
Lega, akhirnya, kutemukan juga kata merdeka
Kusentuh cahaya kebebasan
Kurangkai huruf demi huruf menjadi kata
Kata-kataku meluncur deras di antara batu-batu cadas
Kudaki gedung-gedung pencakar langit
Kulumat wajah-wajah sinis penuh kumis
Kakiku terus melangkah, melintasi sekat-sekat
Menghancurkan dominasi yang dibangun oleh
Serdadu-serdadu yang merasa perkasa
Keperkasaan bukan melulu otot-otot yang besar
Kekuatan bukan melulu milik tubuh yang kekar
Kekuasaan bukan melulu lahir dari makhluk berzakar
Ingin kusentuh terus cahaya kebebasan
Agar sinarnya tetap menyala
Menerangi bumiku yang lama pincang
Menyinari wajah perempuan-perempuan
Yang tak kenal lelah mencari pengakuan
Demi satu kata “MERDEKA”
KEBEBASAN YANG KU TAWARKAN
TENTANG HARMONI KEBEBASAN DAN KEDAMAIAN
“Terbanglah wahai kebebasan
Bersama angin dan burung-burung camar
Di langit biru yang melambai
Dan terus mengepak melantunkan dendang dan salam rindu
Di tanah itu,
Pucuk-pucuk pinus mulai bersemi mekar
Dan bersinar, ketika mentari pagi menyapa mawar-mawar merah di taman kota
Yang penuh harapan dan kedamaian
Ketika aku menoleh ke belakang,
Di senja yang temaram itu,
Di kejauhan, sang surya bergeser perlahan ke peraduan.
Menyapa ,
Memberi salam datangnya bulan dan bintang
Yang bersinar di malam yang hening
Dalam kebesaran jagad raya kita
Kekuasaan Sang Khalik yang luar biasa,
Ketika siang berganti malam
Ketika keteraturan galaksi dan alam semesta berjalan berkelanjutan
Tatanan
Harmoni
Keteraturan
Jagad besar kita
Kalau boleh kukabarkan kepada sebuah jaman yang belum datang
Alangkah indahnya kebebasan
Alangkah mulianya kedamaian
Yang hidup teduh bersama harmoni dan keteraturan
Keniscayaan alam semesta
Keniscayaan kehidupan kita semua”
PILIHAN KEBEBASAN
MIMPI
Aku pemimpi, maka tugasku adalah bermimp..
Indah dan suram mimpiku tetap kuhadapi,
Darah dan dahaga adalah lumrah dalam perjuangan
Airmata dan penantian adalah penghiasnya…
Aku pulang….
Hari ini sebuah mimpi coba diwujudkan…
Aku berdoa….semoga Allah yang Maha Esa memilihku utk tugas ini.
Ahhh,,,,,,, aku sudah terjaga, mari wujudkan berjuang.
SEJARAH
UNTUK RU
Sejuk benar engkau hari ini
Seperti hari-hari biasa di bulan-bulan lalu
Tapi kau ingkar janji tuk menerima sebuah pemberian ku
Sebuah Roman Zainuddin dan Hayati
Aku diam terpaku di ruang tunggu
Kau terus pura-pura tidak tahu
Membisu dalam ruang mu itu
Padahal kita sudah berjanji agar aku memberimu Hikayat anak rantau pedih hatinya itu
Mungkin itu kisahku atau pula kisahmu
Dan mungkin pula bukan kisah kita sama sekali
Tapi Novel itu tentang setia, sebuah harapan segala doa
Apakah kau tidak berkenaan dengan sikapku
Entah aku tak tahu
Ru Novel Buya itu untukmu, Janjiku
ORANG MISKIN BERAK DI KALI
BODOH
Sudah dari dulu aku sadar, aku bodoh dalam hal ini.
Tapi masih juga ku telusuri harapan-harapan kosong
Bukankah chairil sudah katakan; tak sepadan
Persetan kataku kemudian
Tapi hanya dengan menghitung lembab di dinding, tak lama
Aku baru tahu betapa ampuh chairil
Bodoh, keledai pun tak sebegitunya
Hati menutupi pikiran
Rasa mengelabui kebenaran
Fakta adalah segalanya
Begitu juga apa yang ku ungkapkan padamu
Betapa cintanya aku pada senyummu.
PUISI “SOE HOK GIE”
PUISI BUAT SANG DEMONSTRAN
Sejauh mana kita telah bertakbir
Untuk meruntuhkan yg lalim
Berangkulan bahu,
Bersatu padu hari demi hari
Menjaga hasrat hati melindungi tubuh Ibu Pertiwi
Tidak dapat kita hitung jauhnya jalan perjuangan
Bersama-sama meniti dengan sepatu kumal
Dari tempat-tempat sepi hingga hotel-hotel berbintang…
Namun waktu harus berlalu memisahkan arah tuju
Tapi masih pada matahari yang sama,
tujuan yang ingin kita gapai
Maka titik persimpangan kan selalu mempertemukan
Untuk saling mengingatkan dan berbagi…
Ini hanya dinamika dari dimensi hidup…
Begitu kata orang bijak…
Maka raihlah yang patut untuk kita raih….
Maka untukmu sang demonstran,
Sahabatku..lagu lama masih ku nyanyikan…
“Ayo rapatkan barisan,
Satu komando,
Satu tujuan,
Genggam jarimu lalu kepalkan sebagai simbol perlawanan”
RENUNGAN KU SEORANG
NYAMUK KOTA
Berdenging-denging
Mengganggu tidur
Sudah tiga hari
Tak jemu-jemu
Iblis penghisap darah kecil tak tahu diri
Sudah coba ku keluarkan jurus biasa
Tapi apa daya
Mereka beda
Nyamuk ibu kota
Lebih cepat bergeraknya, gesit, susah dibantai
Aku kesal, bangun, cari sendal, merangsek mencari kedai
Tapi tak ada disekita rumah, sialan
Ondeh mandeh
Terpaksa tidur-tidur ayam, tidur iya lelap tiada
Kuputuskan tidur di kantor lusa
Setelah itu tunggu balasanku
Untuk mu nyamuk kota
Dendam kesumat seorang anak kampung
Cuiiih awas kau
REVOLUSI
Siapa yang paling kuat mengukuhkan kakinya di muka bumi
Dialah yang bertahan
Jangan mundur sedetikpun kawan
Rakyat tak sudi engkau khianati
Negara ini masih mencari jati diri
Tapi tidak kalian
Para pejuang sejati
Revolusi ini sampai mati
Selesaikan yang terabaikan
Siapa rela?
Ikut dalam dibarisan
Yang kuncun segeralah lari pulang
Karena ini pastilah berdarah-darah
Sebab itulah takdirnya
KHIANAT
TAK MINUM KOPI MALAM INI
Malam aku ingin tidur
Tak bisa
Kau tetap hadir
Padahal ku tak ngopi malam ini
Hanya 3 gelas sepanjang siang tadi
Masalahmu masalahku
Kuterbawa jika kau gundah
Resah mutualisme
Novel puthut tak membantu lagi
Aku hilang akal
Lupa dan tersesat
Menjelajah rindu nan kutahan
Mungkin ku harus lelap
Tapi aku tak bisa tidur
Padahal ku tak ngopi malam ini
Hanya 3 gelas sepanjang siang tadi
EKSISTENSIMU
DI REDAM
Aku menepi
Di sudut ini
Memberi ruang
'tuk bahagiamu
Tetaplah jauh
Membantu ku akhiri
Tetapi masih jua kau mengitari
Memberi bayang yang mau kulupakan
Kutiadakan…
Tega sekali, luka disobek kembali
Hati remuk diredamkan
Perih diasamkan
Apa maumu
Kau meminta akhiri
Perkara debu
kau gunungkan
Canda kau darahkan
Tega sekali membiarkanku memandangimu hari-hari
Membuka pintu untuk ditutupi
Tega sekali…membiarkanku mati diregang api
Rasaku sendiri…
Tega sekali..
MENEROPONG MALAM
K.O.Y.A.C
Apakah yang menyebabkan duniaku berwarna
Apa nan membuatku tak peduli pendapat dunia
Apakah yang memengaruhiku menikmati muram durja
Apa nan membulatkan tekadku untuk mengejar mimpi-mimpi
Kamu…jawabku
Tapi kau tak sudi apalagi peduli
Ruang segala ruang…
Sudilah kutempati apa yang awal dan apa nan akhir
Kamulah yang awal dan tak akan pernah berakhir
Di ruang ini
Kembali jangan pergi
Karena kepergian tak akan pernah kembali
Rancu langkahku karena jujur jiwaku
Ubah polahku karena begitulah rindu menipu
Siapa sudi merajut hati nan pilu
Kalau bukan engkau
Jawabku…
Kembali jangan pergi
Karena menanti adalah suatu hal yang menyakitkan hati
Apa yang menyebabkanmu begini
Kalau bukan aku tempat segala khilaf berlabuh
MEMOAR YANG HILANG
Siapa yang meminta menyimpan sekian lama…
Sudah kau tanam.
Kemudian tumbuh
Kembang
Lalu hilang.
0 Response to "Puisi Perlawanan (Disadur Dari Puisi Wiji Thukul)"
Post a Comment