Etika Stoa lahir sekitar 300 SM sebagai aliran
filsafat Yunani Paska-Aristoteles. Filsafat Stoa sangat berlainan dengan
Falsafah Plato dan Aristoteles. Bagi Stoa, yang ilahi dan alam menyatu. Tak ada
yang ilahi di belakang alam semesta. Yang ilahi adalah alam semesta itu
sendiri. Oleh karena itu, pandangan dunia Stoa adalah monistik sekaligus
materiil, ilahi dan rasional (mendahului Spinoza). Ia merupakan kesatuan
homogen, tetapi dalam kesatuannya ia tertata secara hierarkis. Seluruh realitas
pada hakikatnya bersifat materiil. Segala yang ada bersifat bendawi. Namun ada
materi yang padat, benda-benda, juga ada yang halus, yaitu kekuatan-kekuatan
substansial yang menggerakkan yang lebih kasar dan padat, oleh karena itu
disebut jiwa. Kosmos atau alam semesta itu diresapi seluruhnya oleh logos, akal
budi ilahi. Namun logos itu bukan sesuatu dari luar yang terpisah dari alam
semesta, melainkan tatanannya atau jiwanya sendiri. Logos adalah hukum alam
universal yang bergerak secara substansial dan mendasari gerak segala sesuatu.
Filsafat Etika Stoa mengungkapkan cita-cita
sebagai Autarkia. Autarkia berarti manusia betul-betul berdiri pada dirinya
sendiri. Autarkia adalah kemandirian manusia dalam dirinya sendiri karena ia
teresapi akal-budi dari dalam. Kemandirian ini mewujud dalam penjelajahan
manusia atas kekuatan kekuatan potensial dalam diri. Autarkia merupakan
realisasi diri manusia ke dalam darah dagingnya sejarah.
Stoa berbuat baik bukan demi alasan mencari
kenikmatan atau kebahagiaan melainkan demi kewajiban dan keutamaan moral itu
sendiri. Kebahagiaan bukan tujuan moralitas tetapi sesuatu yang inhern dalam
keutamaan moral itu sendiri. Berbuat baik tidak lagi karena pahala, pujian,
kenikmatan, surga, dan sebagainya, tetapi karena keutamaan itu sendiri. Berbuat
baik tak membutuhkan alasan dan tujuan di luarnya. Lakukan. Itu saja.
Dengan melaksanakan moralitas demi keutamaan
atau kewajiban itu sendiri, entah itu menimbulkan kebahagiaan ataupun
kesengsaraan, seorang Stoa adalah manusia kuat yang bertumpu pada
potensi-potensi alamiah dalam dirinya sendiri.
Filsafat Autarkia sangat memengaruhi aliran
etika moden dari Immanuel Kant yang menekankan pada otonomi dan kebebasan.
Sesuatu disebut bermoral apabila muncul dari daya-daya alamiah manusia yang
terdalam. Sesuatu yang digerakkan dari luar itu tidak bebas dan tidak memiliki
kualitas moral.
Yang mengherankan, ternyata di balik tulisan-tulisan dingin dalam ekonomi-politik Marx terutama dalam bukunya Das Kapital tersembunyi etika Kantian dan Rousseau tentang otonomi dan kebebasan yang mengakar jauh dalam falsafah Autarkia Stoa. Kita tak boleh menyerah begitu saja.
***
0 Response to "Berbuat Baik Tidak Membutuhkan Alasan dan Tujuan"
Post a Comment