FILSAFAT NIETZSCHE TENTANG ONTA, SINGA DAN ANAK

FILSAFAT NIETZSCHE TENTANG ONTA, SINGA DAN ANAK

  

Nietzsche, Street Art @Markheybo



ZAMAN ONTA 

Yaitu, fase manusia ketika ia hanya tahu tentang dogma. Ia belum berani berpikir tentang dirinya sendiri. Hidupnya penuh menanggung beban. Bodoh dan mudah dikendalikan oleh kekuatan buta. Ia nyaman dalam ketidaktahuan, menikmati hidup dalam perbudakan. Manusia jenis ini hanya tunduk dan menurut pada sesuatu yang ia sendiri tidak tahu asal-usulnya. Takut ancaman yang didongengkan oleh nenek moyangnya, serta mengharap keindahan dan kebahagiaan semu.

Onta identik dengan makhluk yang belum dewasa. Jiwa pesakitan yang harus kita atasi.



ZAMAN SINGA 

Setelah menyadari bahwa kita telah ditipu mentah-mentah oleh dogma yang melarikan diri kita dari kenyataan, mulailah fase yang selanjutnya, menjadi singa.

Singa identik dengan makhluk buas pemarah, berkuku tajam dan bergigi taring. Siap merobek-robek kebodohan dan dogma yang didongengkan siang dan malam. Ia mulai melihat pada kedalaman diri sebagai makhluk yang telah dibohongi. Kemudian ia menyerang dan mencabik-cabik perbudakan dungu yang membuatnya terbebani dan serba merunduk. Ia menatap ke depan dengan mata menyala penuh amarah.



ZAMAN ANAK 

Setelah manusia dirasuki roh singa, dan kemarahan berangsur-angsur surut mulailah kita memasuki babak baru, yaitu fase anak. Kita tanpa dosa, gembira dan menjelajah dunia dengan senangnya. Ia bebas mengekspresikan diri. Dunia adalah ladang kenikmatan yang menyegarkan rohani manusia. Manusia tumbuh dewasa. Sumbatan-sumbatan pikiran dan jiwa terenyahkan. Kita siap menjadi manusia yang sebenarnya.