Masih
ingat “Hakim Bao” dalam film Judge Bao? Dialah potret hakim yang bijak di
dataran Tiongkok – Cina. Hakim Bao dengan bijak dapat memutuskan perkara dengan
singkat dan adil tanpa harus membuat keruh situasi. Setiap keputusan yang
diambilnya selalu memuaskan masyarakat yang mencari keadilan. Suatu ketika
dalam satu perkara yang pelik, dimana perkara yang melibatkan istana –
kerajaan, Hakim Bao bahkan tidak takut untuk menghukum Putri Mahkota Kerajaan
Tiongkok yang bersalah pada waktu itu. Pada akhirnya, nama Hakim Bao menjadi
sangat terkenal dan melegenda di tanah Tiongkok.
Dalam
ulasan ini saya tidak hendak membahas dan membicarakan perilaku para hakim di
Republik ini. Akan tetapi tulisan ini hanya dimaksudkan untuk memberi sedikit
peran pada kebijakan para penegak hukum, sebagaimana yang diperankan oleh Hakim
Bao, yaitu suatu keyakinan akan kebijakan yang berpangkal pada keyakinan setiap
orang kepada Hakim Agung yang diatas. Ahli fisika, Hendrik Reiner mengibaratkan
hidup ini sebagai sebuah dinamo yang terdiri dari kumparan serat kabel
pengantar listrik. Setiap kabel diibaratkan sebagai kehidupan seseorang yang
berputar – putar dan berbelit – belit. Meskipun demikian, kabel itu tetap harus
mengantar listrik yang menjadi muatannya. Apabila sebuah kabel dipaksakan
mengantar arus listrik yang lebih besar melampaui kapasitas yang dimilikinya,
kabel itu akan jebol. Akibatnya, hal tersebut dapat membahayakan kabel – kabel
yang lain dan membuat sebagian dari kumparan itu terbakar.
Manusia
seharusnya menyadari bahwa setiap orang memiliki satu peran dan kapasitas
maksimum terhadap setiap hal. Dengan demikian, [saya] berharap para penegak
hukum kiranya memiliki kebijakan dalam menangani setiap kasus sehingga mereka
dapat membedakan manakah penjahat yang sesungguhnya dan mana seseorang yang
sekedar menjadi korban alias “Kambing hitam”.
Banyak
kasus semacam ini terjadi karena ketidakbijakan kita memandang orang lain atau
diri kita sendiri. Kadang kita berpikir seseorang itu jujur dan dapat dipercaya
hanya karena pakaiannya bagus dan tutur katanya intelek. Kita dapat melihat hal
tersebut dalam diri banyak tokoh “Opera sabun kejahatan” lainnya.
Contoh
Hakim bijak lainnya adalah sebagaimana diceritakan dalam Alkitab Perjanjian
lama [Kristen dan Yahudi] , suatu ketika, Raja Salomo dihadapkan pada
permasalahan dua orang ibu yang memperebutkan seorang bayi. Masing – masing
wanita tersebut mengklaim bahwa anak tersebut adalah anaknya. Sementara banyak
orang kebingungan mencari pasal – pasal hukum yang tepat untuk mencari
pembuktian siapa yang berhak atas anak tersebut, Raja Salomo bertindak sebagai
hakim dan memutuskan agar bayi tersebut dibelah menjadi dua dan masing – masing
belahannya dibagikan kepada kedua wanita yang berseteru itu. Keputusan [vonis]
Raja Salomo ini dengan mempertimbangkan kebijakan yang sangat tinggi esensinya
dalam membuktikan kebenaran tanpa harus menelan biaya tinggi dan waktu yang
berlarut – larut. Sebelum eksekusi dijalankan, wanita yang bersalah harus sudah
diketemukan.
Mungkin
itulah dua hakim yang bijaksana menurut hemat saya. Bagian akhir catatan ini,
saya hendak menyampaikan bahwa kebijakan para penegak hukum merupakan suatu
jawaban mutlak dalam menangani persoalan yang penuh dengan gejolak kekuasaan
dan konflik. Dengan kebijakan tersebut, sebetulnya kita memperpendek definisi
dan uraian pasal – pasal dari sepotong kata “Kebohongan Publik”. Dengan
kebijakan, kita bisa mengurangi biaya dan waktu, bahkan bisa mempersempit
tembok – tembok penjara. Dengan kebijakan, kita bisa tidak salah tangkap, salah
tuntut, dan salah hukum. Dengan kebijakan, kita bisa menciptakan lebih banyak
“Hakim Bao dan Salomo”.
***
0 Response to "Kebijakan Hakim Bao Zheng"
Post a Comment