Sejarah agama setua sejarah
manusia sendiri. Begitulah yang dikatakan para arkeolog dan antropolog. Bahkan
dalam peradaban yang paling primitif pun, ditemukan bukti peribadatan dalam
bentuk tertentu.
Agama, selain sudah ada sejak
jaman purbakala, juga memiliki banyak variasi. Para pemburu kepala manusia di
Kalimantan, orang Eskimo di kutub utara yang beku, orang Nomad [pengembara] di
gurun Sahara, penduduk kota – kota metropolitan di dunia – tiap orang dan tiap
bangsa diatas bumi – mempunyai allah, dewa, dan cara tersendiri dalam
beribadat.
"Jika menyangkut asal usul, nama – nama seperti Muhamad, Buddha, Kong Hu Cu, dan Yesus timbul dari pikiran orang dari berbagai agama. Dalam hampir setiap agama, kita mendapati seorang tokoh utama yang diakui sebagai pendiri ‘iman yang benar’. Beberapa diantaranya pembaharu yang menentang penyembahan berhala. Yang lainnya filsuf moral. Yang lain lagi pahlawan – pahlawan rakyat yang tidak mementingkan diri. Banyak dari mereka meninggalkan karya tulis atau ucapan – ucapan yang menjadi dasar suatu agama baru. Lambat laun apa yang mereka katakan dan lakukan dikembangkan, dibumbui, dan diberi kesan mistik. Beberapa dari para pemimpin itu bahkan di puja".
Walaupun pribadi – pribadi ini
dianggap pendiri agama – agama besar yang kita kenal, perlu diperhatikan bahwa
mereka bukan pencipta agama. Dalam sebagian besar kasus, ajaran mereka
berkembang dari gagasan – gagasan agama yang sudah ada, meskipun sebagian besar
pendiri mengakui mendapat ilham ilahi sebagai sumber mereka, atau mereka
mengganti dan mengubah sistem agama yang sudah ada yang dalam satu atau lain
cara tidak memuaskan lagi.
Sejarah memberi tahu kita bahwa
pada mulanya Buddha adalah seorang pangeran yang sangat prihatin melihat
penderitaan dan keadaan yang memilukan dalam masyarakat yang didominasi oleh
agama Hindu. Agama Buddha adalah hasil pencariannya akan jalan keluar terhadap
masalah – masalah kehidupan yang menyedihkan. Demikian pula Muhamad, yang
sangat sedih melihat pemujaan berhala dan perbuatan amoral dalam praktik –
praktik agama di sekelilingnya. Ia kemudian menerima Wahyu istimewa dari Allah,
dalam bentuk Al-quran yang kemudian menjadi dasar dari suatu gerakan agama
baru, Islam. Agama Protestan muncul dari agama Katolik sebagai hasil reformasi
yang dimulai pada awal abad ke – 16,
ketika Martin Luther memprotes penjualan indulgensi [surat pengampunan dosa]
yang dilakukan oleh gereja Katolik pada saat itu.
Jadi,
berkaitan dengan agama – agama yang ada sekarang, cukup banyak informasi
mengenai asal usul dan perkembangannya, para pendirinya, tulisan – tulisan suci
mereka, dan sebagainya. Tetapi, bagaimana dengan agama – agama yang ada sebelum
itu dan bahkan yang lebih awal lagi? Jika kita mundur cukup jauh dalam sejarah,
cepat atau lambat kita akan dihadapkan kepada pertanyaan : Bagaimana agama
mulai?
TEORI
TENTANG ASAL USUL AGAMA
Penelitian
mengenai asal usul dan perkembangan agama merupakan bidang kajian yang relative
baru. Selama berabad – abad, orang sedikit banyak menerima tradisi agama yang
merek peroleh sejak lahir dan yang dengan itu mereka dibesarkan. Sebagian besar
orang yang merasa puas dengan penjelasan yang disampaikan oleh nenek moyang
mereka merasa bahwa agama mereka itulah yang benar. Jarang ada alasan untuk
meragukan sesuatu, atau kebutuhan untuk menyelidiki bagaimana, kapan, atau
mengapa sesuatu mulai.
Namun,
pada abad ke 19, keadaan mulai berubah. Teori Evolusi meluas dikalangan
cendekiawan. Hal ini sejalan dengan munculnya penelitian ilmiah, menyebabkan
banyak orang mempertanyakan system – system yang sudah ada, termasuk agama.
Terlepas
dari itu, terkait pembahasan ini muncul sebuah teori tentang Animisme
dikemukakan oleh seorang Antropolog Inggris, Edward Tylor [1832 – 1917]. Ia
mengatakan bahwa pengalaman seperti mimpi, penglihatan, halusinasi, dan keadaan
tidak bernyawa dari dari mayat menyebabkan orang – orang primitive menyimpulkan
bahwa tubuh dihuni oleh suatu jiwa [Latin – Anima]. Menurut teori ini, karena
mereka sering bermimpi mengenai orang – orang yang mereka kasihi yang sudah meninggal,
mereka menyimpulkan bahwa jiwa hidup terus setelah kematian. Jiwa meninggalkan
tubuh dan tinggal di pohon – pohon, batu – batu karang, sungai – sungai, dan
sebagainya. Orang mati dan benda – benda yang dianggap dihuni oleh jiwa
akhirnya dipuja sebagai dewa. Dan dengan demikian, kata Tylor, agama Lahir.
Seorang
antropolog Inggris yang lain, R. R. Marett [1866 – 1943], mengemukakan
perbaikan atas teori Animisme, yang ia sebut Animatisme. Setelah menyelidiki
kepercayaan orang Melanesia di kepulauan pasifik dan penduduk asli Afrika dan
Amerik, Marett menyimpulkan bahwa sebaliknya dari mempunyai gagasan tentang
jiwa sebagai suatu pribadi, orang – orang primitive percaya adanya tenaga yang
non – pribadi atau tenaga gaib yang menghidupkan segala sesuatu; kepercayaan
itu menimbulkan perasaan hormat dan takut dalam diri manusia, yang menjadi
dasar agama primitifnya. Bagi Marett, sebagian besar agama merupakan tanggapan
emosional manusia terhadap hal yang tidak diketahui. Pernyataan yang disukainya
adalah agama “Bukan hasil banyak pertimbangan yang saksama melainkan cetusan
dari dalam”.
Pada
tahun 1890, seorang ahli cerita rakyat dari Skotlandia, James Frazer [1854 –
1941], menerbitkan sebuah buku yang berpengaruh “The Golden Bough” [Dahan Emas]. Dalam buku tersebut ia mengatakan
bahwa agama timbul dari ilmu sihir. Menurut Frazer, manusia mula – mula mencoba
mengendalikan kehidupannya sendiri dan lingkungannya dengan meniru apa yang ia
lihat terjadi di alam. Sebagai contoh, orang berpikir bahwa ia dapat mendatangkan
hujan dengan menyiramkan air ke tanah di iringi pukulan gendang seperti bunyi
Guntur atau bahwa ia dapat melukai musuhnya dengan menusuk – nusukkan jarum ke
sebuah patung.tindakan ini mengarah pada penggunaan upacara keagamaan, mantra,
dan benda – benda bertuah dalam banyak segi kehidupan. Jika hal ini tidak
seperti yang diharapkan, ia kemudian akan menentramkan serta memohon bantuan
tenaga gaib, dan bukannya berupaya mengendalikan mereka. Upacara keagamaan dan
mantra kemudian menjadi korban dan doa, dan dengan demikian agama dimulai.
Menggunakan kata – kata Frazer, agama adalah “Mengambil hati atau berdamai
dengan kuasa – kuasa yang lebih tinggi daripada manusia”.
Psikoanalis
Austria, Sigmund Freud [1856 – 1939], dalam bukunya “Totem and Taboo – Benda Pujaan dan Tabu”, menjelaskan asal usul
agama. Sesuai dengan profesinya, Freud menjelaskan bahwa agama yang paling awal
berasal dari apa yang ia sebut Father
figure neurosis [perasaaan takut terhadap tokoh bapa]. Ia mengemukakan
teori bahwa sebagaimana halnya kuda liar dan kawanan ternak, dalam masyarakat
primitif, sang bapa menguasai suatu kaum. Anak laki – laki, yang membenci dan
juga mengagumi sang bapa, memberontak dan membunuhnya. Untuk mendapatkan
kekuatan sang bapa, menurut Freud,’orang – orang kanibal yang liar ini memakan
korban mereka’. Kemudian, karena menyesal, mereka membuat tata cara dan upacara
keagamaan untuk menebus tindakan mereka. Dalam teori Freud, tokoh bapa menjadi
Allah, tata cara serta upacara keagamaan menjadi agama yang paling awal, dan
memakan bapa yang dibunuh menjadi tradisi komuni yang dipraktikkan dalam banyak
agama.
Ada
banyak teori lain yang mencoba menjelaskan asal usul agama. Namun, banyak
diantaranya, sudah dilupakan, dan tak satu pun benar – benar terlihat lebih
dapat dipercaya atau diterima daripada yang lainnya. Mengapa? Hanya karena
tidak pernah ada fakta atau bukti sejarah bahwa teori – teori ini benar.!
***
0 Response to "Asal Usul Agama"
Post a Comment