“Tanah ini
Milik kami, kamu itu pendatang”.
Kutipan itu
merupakan sebuah pernyataan yang sering dilontarkan oleh orang Papua kepada
orang pendatang [Bugis, Jawa dan Sumatera], yang ada di Papua.
Sebuah
pernyataan yang menggelitik dan menimbulkan sejumlah pertanyaan dalam diri saya
secara pribadi.
Pernahkah kita menyadari, kalau semua lini aspek kehidupan kami
sebenarnya sudah dikendalikan oleh orang yang kami sebut pendatang itu?
Lihat saja
sendiri, Kayu olahan untuk bangun rumah merupakan kayu yang diambil dari hutan
kami yang justru kami kembali beli dari orang yang kami sebut pendatang itu.
Hampir sebagian besar somel yang dijadikan tempat mengolah kayu untuk keperluan
bangunan rumah hampir semuanya dikuasai oleh mereka yang kami sebut pendatang
itu.
Ketika
hendak mau minum, selain membeli air Aqua, Vit, dan jenis minuman lain, air
Galon yang kami beli di depot air minum merupakan air yang bersumber dari
gunung – gunung kami. Sekali lagi, sebagian besar depot air minum dimiliki oleh
mereka yang kami sebut pendatang itu.
Ketika
hendak makan, sebagian besar penduduk kami makanan keseharian mereka adalah
Nasi yang merupakan makanan pokok mereka yang kami sebut pendatang. Beras, hampir 99% di datangkan dari Jawa selain beras impor dari Vietnam dan beberapa Negara
Asia lainya. Pangan lokal [Ubi, singkong, dan sagu] yang merupakan olahan
makanan warisan nenek moyang dijadikan makanan sampingan saat tidak ada beras.
Ketika mau
mandi, air yang mengisi bak mandi rumah,
merupakan sumber air dari gunung kami yang dikelola dengan sangat cerdik
oleh Pemerintah lewat Perusahaan Air
Minum [PAM]. Air PAM ini selain digunakan untuk mandi, bisa digunakan juga
untuk minum.
Ketika
hendak belanja, kami pasti belanja di kios – kios yang sebagian besar dimiliki
oleh mereka yang lagi – lagi kami sebut para pendatang itu.
Kalau saya
mau sebut satu – persatu ketergantungan kami orang asli Papua [OAP] terhadap
orang yang kami sebut pendatang itu, maka daftarnya bisa lebih panjang dan
sangat memalukan dengan klaim “orang asli Vs Pendatang”.
Jadi dengan
melihat sederet fakta memalukan tersebut, sebenarnya kami Orang Asli Papua
[OAP] sebenarnya menjadi “Orang asing diatas tanah kami sendiri”. Itu merupakan
fakta sesungguhnya.
0 Response to "MENJADI ORANG ASING DIATAS TANAH SENDIRI"
Post a Comment